Sejarah Patung Era Sukarno di Malioboro Dihimpun

 Yogyakarta - Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta sedang menghimpun data maupun dokumen tentang sejarah enam patung yang berjajar di halaman depan Gedung Dewan di Jalan Malioboro Yogyakarta. Sekretaris Dewan Drajat Ruswandono mengatakan, selama ini tidak banyak yang tahu sejarah enam patung itu. "Selama saya menjabat tidak pernah ada omongan soal patung itu," kata Drajat Ruswandono  kepada Tempo, Jumat 20 September 2013.
Kini, patung karya seniman era Presiden Sukarno terlihat lebih tinggi dibanding sebelumnya. Tukang bangunan mulai meletakkan satu per satu patung di atas dudukan setinggi sekitar setengah meter. Misalnya patung  berbentuk perempuan sedang menyusui. Patung setinggi 1,25 meter ini berada di ujung barat daya komplek gedung dewan. Sulur dan akar pohon preh dan beringin raksasa merambat menembus tanah di sekitar patung.
Patung ini karya seniman yang juga anggota DPRD dari Partai Komunis Indonesia, Trubus. Seniman ini menjadi anggota DPRD hasil pemilu 1955. Setelah peristiwa 1965 pecah, Trubus tidak diketahui rimbanya. Selain Trubus, ada juga patung karya Edhi Sunarso. Dia pencipta patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta. Patung itu berupa lelaki tua bercelana pendek compang-camping.
Menurut Drajat, sekretariat dewan akan menambah informasi tentang seniman yang menciptakan maupun nama karya mereka pada patung itu. Menurut dia, sekretariat dewan juga berupaya mencari informasi tentang status kepemilikan enam patung itu. "Kami cari tahu apakah patung itu sudah dihibahkan ke dewan atau belum," kata Drajat.
Penambahan dudukan patung merupakan bagian dari pemeliharaan gedung dewan. Selain menambah dudukan, sekretariat dewan juga menata jalan halaman, tempat parkir, dan perawatan gedung dewan. Proyek ini menggunakan duit anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun ini sebesar Rp 1,5 miliar.
Peneliti seni rupa, Mikke Susanto mengatakan sekretariat dewan perlu menambahkan informasi lengkap tentang patung, misalnya siapa penciptanya dan kapan patung itu dibuat. Informasi ini penting untuk menjelaskan sejarah karya seni bernilai tinggi itu. Ia juga berharap sekretariat dewan merawat dan menjaga patung dengan baik. Sebab, patung memiliki nilai sejarah yang tinggi. »Patung itu benda seni milik Indonesia yang sama berharganya dengan Candi Borobudur dan Prambanan,” kata Mikke.
Enam patung di halaman gedung dewan , kata Mikke merupakan karya seniman yang tergabung dalam Sanggar Pelukis Rakyat. Seniman pada 1953 memamerkan karya mereka di halaman gedung DPRD DIY. Pameran itu adalah gelaran seni modern pertama kali di Yogyakarta. Mikke berharap Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala yang bertugas merawat patung itu berkomunikasi dengan keluarga seniman pemilik patung.

0 komentar: